Film Soekarno dan Tabula Rasa Berjaya
A
A
A
FILM Soekarno dan Tabula Rasa berhasil mendominasi penghargaan di ajang Festival Film Indonesia 2014 yang berlangsung di Palembang Sport & Convention Center, Sabtu (6/12).
Masingmasing membawa pulang empat piala. Sementara Cahaya Dari Timur: Beta Maluku menjadi film terbaik di ajang tersebut. Menjadi kejutan untuk film Tabula Rasa bisa meraih empat penghargaan. Pasalnya, nominasi ajang penghargaan bagi insan perfilman Indonesia ini didominasi oleh film Soekarno yang bersaing ketat dengan film 3 Nafas Likas .
Film garapan Hanung Bramantyo ini berhasil meraih 13 nominasi, sementara film arahan Rako Prijanto menggenggam 10 nominasi. Film Soekarno harus puas dengan penghargaan yang diterimanya, yakni pemeran pendukung wanita terbaik: Tika Bravani, penata busana terbaik: Retno Ratih Damayanti, pengarah artistik terbaik: Allan Sebastian, dan penyunting gambar terbaik: Cessa David Lukmansyah dan Wawan I Wibowo.
Sementara Tabula Rasa berhasil mendapatkan penghargaan untuk sutradara terbaik: Adriyanto Dewo, pemeran utama wanita terbaik: Dewi Irawan, pemeran pendukung pria terbaik: Yayu Ungu, dan penulis skenario asli terbaik: Tumpal Tampubolom. Dewi Irawan yang menjadi pemeran utama wanita terbaik ini berhasil menyingkirkan Atiqah Hasiholan (3 Nafas Likas ), Revalina S Temat (Hijrah Cinta ), Maudy Koesnadi (Soekarno ), dan Prisia Nasution (Sokola Rimba).
Sementara Chicco Jericho berhasil meraih penghargaan pemeran utama pria terbaik untuk film Cahaya dari Timur. Dia mengalahkan Vino G Sebastian (3 Nafas Likas ), Abimana A (Haji Backpacker ), Herjunot Ali (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ), dan Ario Bayu (Soekarno ). Aktris senior yang menjadi ikon Festival Film Indonesia 2014 Christine Hakim melihat film yang masuk nominasi mempunyai kualitas yang bagus.
Tak heran, persaingan untuk memperebutkan penghargaan bergengsi bagi insan perfilman Indonesia ini begitu ketat. “Film-film yang masuk nominasi FFI tahun ini bagus-bagus, walaupun saya belum pernah melihat semua film. Kalau melihat dari kualitas sutradara dan ceritanya, saya kira pantas film tersebut mendapatkan nominasi dari berbagai macam kategori,” kata Christine.
Ajang penghargaan ini juga memberi penghargaan khusus, Lifetime Achievement kepada Slamet Raharjo.
Dwi Nur Ratnaningsih
Masingmasing membawa pulang empat piala. Sementara Cahaya Dari Timur: Beta Maluku menjadi film terbaik di ajang tersebut. Menjadi kejutan untuk film Tabula Rasa bisa meraih empat penghargaan. Pasalnya, nominasi ajang penghargaan bagi insan perfilman Indonesia ini didominasi oleh film Soekarno yang bersaing ketat dengan film 3 Nafas Likas .
Film garapan Hanung Bramantyo ini berhasil meraih 13 nominasi, sementara film arahan Rako Prijanto menggenggam 10 nominasi. Film Soekarno harus puas dengan penghargaan yang diterimanya, yakni pemeran pendukung wanita terbaik: Tika Bravani, penata busana terbaik: Retno Ratih Damayanti, pengarah artistik terbaik: Allan Sebastian, dan penyunting gambar terbaik: Cessa David Lukmansyah dan Wawan I Wibowo.
Sementara Tabula Rasa berhasil mendapatkan penghargaan untuk sutradara terbaik: Adriyanto Dewo, pemeran utama wanita terbaik: Dewi Irawan, pemeran pendukung pria terbaik: Yayu Ungu, dan penulis skenario asli terbaik: Tumpal Tampubolom. Dewi Irawan yang menjadi pemeran utama wanita terbaik ini berhasil menyingkirkan Atiqah Hasiholan (3 Nafas Likas ), Revalina S Temat (Hijrah Cinta ), Maudy Koesnadi (Soekarno ), dan Prisia Nasution (Sokola Rimba).
Sementara Chicco Jericho berhasil meraih penghargaan pemeran utama pria terbaik untuk film Cahaya dari Timur. Dia mengalahkan Vino G Sebastian (3 Nafas Likas ), Abimana A (Haji Backpacker ), Herjunot Ali (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ), dan Ario Bayu (Soekarno ). Aktris senior yang menjadi ikon Festival Film Indonesia 2014 Christine Hakim melihat film yang masuk nominasi mempunyai kualitas yang bagus.
Tak heran, persaingan untuk memperebutkan penghargaan bergengsi bagi insan perfilman Indonesia ini begitu ketat. “Film-film yang masuk nominasi FFI tahun ini bagus-bagus, walaupun saya belum pernah melihat semua film. Kalau melihat dari kualitas sutradara dan ceritanya, saya kira pantas film tersebut mendapatkan nominasi dari berbagai macam kategori,” kata Christine.
Ajang penghargaan ini juga memberi penghargaan khusus, Lifetime Achievement kepada Slamet Raharjo.
Dwi Nur Ratnaningsih
(ars)